Friday 9 October 2015

tong-tong!

Sri Maryanto, Goodman, Lithographie, 2013
Sorot matanya setajam pedang samurai, ketika mulai bicara berbinar-binarlah cahaya matanya. Pun ketika dia dengan hikmat mendengarkan lawan bicara. Bicaranya ceplas-ceplos, seperti tak pernah ada sensor di katub terakhir otaknya sebelum sinyal diperdengarkan oleh gerakan lidah dan mulut. Bagi orang lain kemampuan untuk itu mungkin dapat dicapai jika sudah minum kebanyakan alkohol atau dalam kondisi tak sadarkan diri seperti dikala mimpi.
Tema-tema pembicaraanya sangat luas, dari basiyo sampai Daniel Richter, dari arisan sampai ranah politik luar negeri, dari urusan perut sampai urusan akhirat. Setiap orang yang kenal menjulukinya perpustakaan keliling, apapun yang sedang dibicarakan orang selalu saja dia punya data yang akurat dan sumber terpercaya, layaknya kepala badan intelejen negara.
Namun banyak juga yang tidak menyukai keterbukaannya, contohnya orang yang tidak mau nama harumnya di masyarakat dikupas ulang, alias dipertanyakan ulang, para maling berdasi misalnya. Tapi sebenarnya hal tersebut jarang bahkan belum pernah terjadi, yang malah sering dilakukannya adalah menertawakan diri sendiri, seperti badut-badut dalam sirkus, perilakunya yang otentik itu sekaligus untuk membuat senang orang lain. Yang paling mengesankan adalah kejujuran. Tak malu untuk mengakui bahwa masih ada orang lain yang lebih cakap, di atas langit masih ada langit!



No comments:

Post a Comment